√Koleksi Puisi-Puisi Cinta

√Koleksi Puisi-Puisi Cinta - Hai Sobat pembaca, selamat datang kami ucapkan untuk Sobat pembaca KATA KATA BIJAK. Kami menyediakan kumpulan Kutipan (Quote) Kata Kata Bijak, Kata Kata Mutiara, Kata Kata Cinta, Kata Kata Motivasi, Kata Kata Rindu, Kata-kata sedih, kata-kata ucapan selamat dan banyak lagi lainnya. Dan jika kebetulan Sobat sedang mencari √Koleksi Puisi-Puisi Cinta, sepertinya tepat sekali, karena kesempatan kali ini KataKataBijakDunia.blogspot.com memang akan berbagi tentang √Koleksi Puisi-Puisi Cinta, oke yuk langsung di simak saja Sob.

Beberapa Koleksi Puisi-Puisi Cinta bernada sedih, romantis ditengah-tengah suasana Galau akan saya tebarkan untuk kalian semua. Selamat Membaca dan Ber-ekspresilah diri kalian

    MATA AIR DAN AIR MATA
    Aku ingin membasuh air matamu
    Biar luka itu kering
    Dan kau bisa melukis pelangi di birunya mata air
    Tanpa air mata lagi
    Dan aku ingin menghirup mata airmu
    Biar kehausan rindu ini tergenangi
    Di sini…    Masih bisa kucium harum tubuhmu yg terjerat lelah    Di sini…    Masih kucoba meraba palung hatimu yg memadamkan perapian    Di sini…    Masih kubingkai bayangmu yg hilang dibalik bayang riuh tawa kemarin    malam    Di sini…    Aku terbius wajahmu yg terbaring manja di peraduan    Di sini…    Aku mengundang semilir angin pd doa yg kubaca utk tidurmu
    BAHAGIA DI SATU DEBU    Tak pernah bosan aku berharap    Menggantungkan rindu ini pada ribuan kata yg selalu hadir    Saat aku bisa mencium harum tubuhmu pd deretan senja hari ini    Kemarin, esok, atau lusa…
    Satu tatap yg tercipta    Memaksaku untuk diam di pelukan cinta    Luruh tak tertahan    Mengelopak pada bunga pagi    Segar semerbak mewangikan rumah hatimu
    Bolehkah aku menengoknya sejenak?    Andai kau ijinkan, aku ingin meraih bahagia    Meski hanya di satu debu
    TAK PERNAH BISA    Aku tak pernah bisa mencampakkan cinta yg tak pernah kau miliki    Aku mencintaimu, tapi kau belum memiliki cintaku    Apa yg mesti aku campakkan sementara aku tak punya apa-apa lagi    Selain harapan satu-satunya    Harapan agar kau menerima cintaku
    DI MANA ALAMAT RUMAH HATIMU?    Ke mana hujan pergi hari ini?    Sejenak menggoda bumi pada siang yang gerah    Lalu hilang saat malam tengadah
    Ke mana aku harus pergi    Saat kusadar tak ada lagi yang aku bela dari perjalanan ini    Selain menapaki jejak lemah menuju rumah hatimu    Tak hilang dilalap lelah    Tak jera diremas gelisah
    Sekali aku coba lari dan mengingkari    Seribu kali aku kembali lagi, padamu…    Mengumpulkan semua rindu dan cinta untuk bangkit lagi    Dalam barisan doa-doa    Lalu rebah pasrah menunggu hadirmu    Tanpa ragu dan tanya lagi    Di mana kau alamatkan rumah hatimu?    Agar aku tak salah berlari
    DATANG MENJELANG    Seperti kemarau yang menanti hujan    Kutunggu kabarmu yang masih diam    Apakah engkau baik-baik saja?    Seperti tanah tandus yang tersenyum karena deras merebas    Aku hanya bisa mengucap salam dengan doa    Agar kau tak pernah kurang    Selalu tersenyum karena bahagia menjelang, untukmu…
    YANG TAK TERLUPA    Yang tak pernah terlupa sedikitpun    Saat ruang kosong menyekat di kepala    Bayangmu mematuk seketika    Merama rama tak hilang    Melebur nyata dalam bilur rindu yang terpelihara
    Entah di mana adamu…    Aku hanya tahu kau selalu menghadirkan getar-getar indah    Yang kuiba menjadi bahagia    Di setiap tarian debu dan derai gerimis yg jatuh
    SAMAR TERJAGA    Ke mana dunia berpijak di senja ini?    Tak ada kabar yang kuterima    Selain bisikmu yang kutemui pd sisa mimpi tadi malam
    Kujaga apapun tentangmu tanpa tanya    Meski tanda cintamu masih samar terkurung gulungan misteri    Apalagi yg bisa kau tawarkan untukku    Selain gelisah dan rindu yg tak pernah mati    Menyulut cinta untuk terus menanti tanpa henti
    DI UJUNG KATA-KATA    Lengkaplah sudah sepi ini mengurung sendiriku    Terkulai dikunyah nelangsa yang berapi-api    Menyusuri jalanan lengang    Bersimbah angan tanpa tujuan
    Dalam derap gerimis yang pongah menghujam    Terbuai wajahmu menyusup bertubi-tubi    Membawa sebaris kata bahagia yg menenggelamkan nurani    Di atas pengharapan tak berkesudahan
    Tentang rindu kusam    Tentang cinta terbuang    Mengutip satu namamu di antara keluh kesah    Gundah gelisah, air mata, dan lara
    Masihkah ada sedikit senyum darimu    Di batas penantianku yang kini makin terbata    Jika masih ada ruang di hatimu    Untukku, sedikit saja, tolong bicaralah    Pada tanah membentang    Pada pohon-pohon rindang    Dan angin yang mengusik keangkuhan
    Setidaknya biar ada tanda yg bisa kubaca dan kuraba    Janganlah sepi yang hadir    Janganlah semu yang membeku    Karena aku selalu berjalan menujumu
    HANYA PADAMU    Mataku terpejam tak mau    Anganku berontak tak lesu    Merekat pada ruang kamar    Berkutat pada riuh gaduh angin malam    Meronta lagi getar ini    Mengais lagi rindu bertali
    Untukmu kuasah luka    Padamu kuasuh bahagia    Padamu cinta ingin kuakhirkan    Kupercayakan tanpa sebab yg harus diperdebatkan    Hanya padamu, itu saja..
    KATA-KATA MATI    Kata-kata mati mengepungku    Terlalu banyak definisi yg hinggap hingga lidahku kelu    Kata-kata menjadi sedemikian langka    Seolah aku tak mampu membahasakan cintaku padamu
    Semua telah terkurung di ruang pengharapanku    Berisi namamu serta berjuta kenangan yg hadir & kumaknai kedalamannya    Aku tak ingin membongkarnya,    Meski kata-kata mati telah menusukkan kesedihan di pusat jantungku
    AKHIR TANPA PENGHABISAN    Inilah akhirnya…    Aku mengakhiri jejak yg baru kutapaki    Bukan salahmu…    Ini semua hanya karena aku…    Yang tak mampu menyemai benih rindu di ladangmu    Apa dayaku jika cintaku tak lagi hadir untukmu
    Sia-sia kucoba membangun fondasi cinta ini    Sementara di atas segalanya,    Aku terus mengasah kesedihan penantian yang kuiba    Tak mau lepas hingga menafikan adamu
    Maafkan untuk satu pilihan yg pahit ini    Tapi setidaknya, lebih baik semua terbuka sedari awal    Sebelum kebohongan terkuak di penghabisan    Aku memilih pergi karena tak mau menyakitimu    Aku memilih mencintai satu nama meski hanya semu
    YANG TERINDAH, YANG TERDALAM    Segalanya telah tertebas waktu    Aku masih terhisap sepi yang membisu    Di ujung sapaku yang tertatih menujumu,    Kucoba teduh dalam satu doa:    Semoga kau tetap menjadi yang terbaik dan terindah    Yang kutemui dalam perjalanan hidupku
    TETAPLAH BERSAMA    Tetaplah bersamaku, Tuhan    Tetaplah bersamaku, kasih    Jika kasih tak bersamaku    Tetaplah bersamaku, Tuhan    Jika kasihku pergi    Tetaplah bersamaku, Tuhan    Kalau Tuhan tak bersamaku    Ke mana lagi kan kucari kasihku
    KABAR HUJAN    Apa kata hujan hari ini?    Dia masih menangis sedih    Karena bumi yg diguyurnya masih menyisakan kemarau
    Pohon-pohon belum juga menghijau    Daunnya meranggas    Rantingnya kurus pucat    Hanya akarnya yang tegar menghujam    Setia menanti hujan datang lagi di keesokan harinya    Seperti inikah jejak yang harus kutapaki?
    AKU PERGI    Setelah melintasi waktu bersimbah pesonamu    Kini semua terasa tiada    Makna yang terendap lama    Dan mendekam dalam gugusan matahari    Tak lagi bisa kuraba    Semua seperti kembali kosong
    Harapanku akanmu,    Seperti menemui titik penghabisannya    Apa gerangan yg terjadi?    Tiba-tiba aku enggan mengumbar rinduku    Tiba-tiba aku ingin berhenti mencintaimu    Mungkinkah karena sikapmu yg makin lama tak lagi membiusku    Perlahan menghilang di balik dusta    Auramu yg makin pudar oleh sikap tak pasti

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel